Dalam
konteks perjuangan serikat buruh, ketika penegakan hukum sering diskriminasi .
Jika kita
gunakan kekerasan untuk melakukan perlawanan, kita harus menjadi yang paling
keras agar tidak hancur saat terbentur. Jika kita menggunakan permohonan, maka
kita hanya bisa berharap menanti sikap bijak dari pihak termohon.

Pernahkan
kita mendengar dan mengalami sebuah keberuntungan yang dihadiahkan oleh sebuah
kebetulan? Berada di tempat yang tepat pada saat tepat. Dan kita menyebutnya sebagai
berkah. Atau berada di tempat salah pada saat yang salah? Lalu kita mengatakan
musibah?
Adalah fakta
bahwa detik yang tanpa kita perhitungkan kadang teramat bernilai untuk mencegah
terjadinya tabrakan dua kendaraan yang sama-sama melaju tinggi. Atau detik
yang tanpa kita pikirkan justru mempertemukan dua sahabat yang sekian lama
saling mencari. Tapi sering juga sebuah rencana yang kita kemas dengan teramat
matang, justru hasilnya berantakan?
Betapa
rumit dan sulitnya manusia merancang sebuah kebetulan agar hitungan jam bisa menjadi
ajang keberuntungan atau malah sebaliknya. Kadang segalanya sulit diwujudkan meski kita telah merencanakan dengan
perhitungan yang demikian rigid. Kita sering menghadapi sesuatu yang bernama
kendala.
Karena
manusia terlalu kecil dari DIA yang Maha Halus. Dzat yang memelihara makhluk
paling mikro sejenis kuman atau bakteri sekalipun. Setinggi apapun ilmu
manusia, ia takkan mampu melampaui kemegahan dan keagungan-NYA.
Semesta dan
seluruh isinya adalah milik-Nya. Dan DIA hakekat dari seluruh kekuatan, seluruh
cinta, kemuliaan, dan seluruh kebijaksanaan.
Tapi
manusia wajib berusaha untuk memperbaiki keadaan, belajar untuk lebih cerdas, berjuang meningkatkan kesejahteraan, dan mencipatkan sistem keadilan dalam berbangsa dan bernegara.
Karena itu,
Serikat Buruh Bangkit selalu mengadakan acara Bermalam Minggu Dengan DIA.
Karena sebuah kesuksesan rencana tidak melulu bagaimana kita ahli dalam berstrategy,
piawai dalam kemampuan teknis, atau terlalu yakin dengan hitung-hitungan secara
matematika.
Sehebat
apapun, manusia tetap menghadapi garis yang disebut sebatas “Berencana” tapi
Tuhan yang menentukan. DIA-lah maha mengetahui segala sesuatu, baik yang nampak
dan yang tersembunyi, baik yang sudah terjadi dan yang akan datang, dan
menentukan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya – bukan hanya kita, tapi yang lebih
universal.
Matematika
manusia, hanya selalu menghimpun hingga bilangan terkecil agar menggenapi hitungan,
menggenapi asset kekayaannya. Sedangkan bagi Tuhan, berbagi dan terus
mengurangi apa yang kita miliki, justru merupakan jalan menuju kemudahan,
keberkahan, keberlimpahan.
Kita perlu
terus berlatih untuk belajar rendah hati di hadapan-Nya. Karena dari-Nya segala
persoalan menemukan sumber solusi. Dengan
berdoa, manusia sedang menjalin dan memelihara ikatan dari sumbernya.
Karena
sejatinya, kekuatan manusia justru berada dalam kesadarannya bahwa dirinya
lemah di hadapan yang Maha Kuasa, yang mencipta dan memelihara semesta beserta seluruh
isinya.
Acara
“Malam Minggu Bersama Dia” ini dilakukan secara rutin, bertempat di Perumahan
Taman Adiyasa setiap dua minggu sekali.
Acara
dimulai dengan tausiah, kemudian mengungkapkan keluh kesah, dan memasuki jalur
riyadhah, curhat kepada Allah.
Ya Allah
Kami
berlindung kepada-MU dari segala godaan syaitan yang terkutuk. Godaan yang
berbentuk sifat malas dan sikap membiarkan ketidakadilan terus terjadi, sifat
tidak peduli terhadap upaya menciptakan perubahan-perubahan yang membawa
kebaikan dan kebahagiaan hidup bagi diri kami, keluarga, dan bangsa ini.
Ya Allah
Segala puji
bagi Engkau atas karunia-MU yang sempurna ini, yaitu diri kami yang Engkau beri
akal sehat, pikiran, perasaan, nurani, kesehatan jasmani dan rohani. Bimbing
kami untuk sungguh-sungguh menjadi manusia berguna melalui akal kami, pikiran
kami, nurani kami, jiwa dan raga kami, untuk membawa kebaikan bagi keluarga, saudara, sahabat,orang-orang terdekat, buruh-buruh yang merindukan keadilan, bagi bangsa, dan agama kami.
Dengan
terlebih dulu memohon syafaat Rasul-Mu, jadikan kami penginspirasi bagi
hamba-hamba-Mu yang lain, bagi buruh-buruh yang lain, bagi semua pihak, agar
semakin banyak orang-orang yang mencintai keadilan dan kemanusiaan, demi
mewujudkan keadilan hukum, moral, dan kesejahteraan di negeri ini, negeri yang
kami cintai.
Ya Allah
Telah jelas
Firman-Mu “Tidak akan berubah nasib suatu kamu kecuali kaum itu sendiri yang
mengubahnya”.
Ampuni
kami, atas sikap masa bodoh kami, kemalasan kami, kelalaian kami selama ini.
padahal sikap-sikap tersebut jelas bertentangan dengan Firman-Mu. Dan kami
justru mengeluh karenanya.
Semayamkan
keberanian, kekuatan, cinta kasih, serta kebijaksanaan dalam diri kami. Juga dalam
hati semua pihak yang berhubungan dengan kami. Agar kami dapat mewujudkan
perubahan yang lebih baik, di tempat kami bekerja, di dalam sistem peradilan
melalui penegakan hukum, dan dalam segala aspek kehidupan ini. Jadikanlah yang
haq adalah haq, dan yang bathil adalah bathil. Jadikan agar setiap relasi buruh
dengan pengusaha adalah relasi yang saling mensejahterakan, saling mendukung,
saling menciptakan kedamaian, saling menghormati dan berkesadaran bahwa kedunya
saling berkontribusi menciptakan peningkatan ekonomi.
Ya Allah
Jadikan
semua manusia di bumi sebagai pemenang, dari sikap mementingkan diri sendiri,
kelompok, atas nama apapun. Jadikanlah keadilan dan kebenaran sebagai pemenang,
dan penginspirasi perubahan yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Adiyasa, 1
Februari 2014
No comments:
Post a Comment